“Kak, aku ingin melanjutkan ke
unuiversitas umum, ya,” ujarku suatu kesempatan saat menjelang ujian akhir
nasional sekolah menengah umum. Hanya ditanggapi iya saja oleh kakak
laki-lakiku yang berjenggot dengan tubuh ramping dan tinggi.
Aku adalah anak sekolah menengah
kejuruan yang sejak kecil bercita-cita menjadi tenaga kesehatan yaitu dokter.
Aku berasal dari sebuah desa yang terletak jauh dari perkotaan. Tapi demi
menuntut ilmu aku rela harus berpisah dengan kedua orang tuaku dari tamat
sekolah dasar sampai usia yang tergolong dewasa. Aku terbilang keluarga besar
yaitu mempunyai saudara berjumlah 9 orang. Setelah tamat sekolah menengah pertama
di sebuah sekolah di kotaku yang bernama Mataram, Pulau Lombok, NTB. Kemudian aku
melanjutkan ke sekolah kejuruan khusus dibidang kesehatan dan kelak aku bisa
mewujudkan cita-citaku. Sejujurnya aku ingin sekali melanjutkan sekolah umum
negeri, tapi takdir berkata lain. Aku harus memilih masuk pesantren atau
sekolah kejuruan karena pilihan dari keluarga.
Dan keputusan terakhirku aku memilih sekolah kejuruan. Sejak ku mulai
duduk dibangku sekolah kesehatan, aku banyak mengenal materi tentang kesehatan
baik yang menyangkut tubuh manusia sampai kehidupan sehari-hari.
“Kamu mau
melanjutkan kemana setelah tamat nanti?” tanyaku kepada teman sebangku yang
bernama Yana. “Saya ingin melanjutkan ke sebuah universitas di Jawa Timur,
Malang,” ujarnya. Saat ku dapatkan jawabannya, tiba-tiba hatiku tergiur pula
untuk melanjutkan disebuah universitas di Jawa, yang mana kutahu banyak sekali
orang-orang pintar disana. Akupun diam-diam mulai merindukannya, akankah aku
dapat melanjutkan pendidikanku di Jawa dan mewujudkan apa yang aku
cita-citakan.
Akupun mulai
mencari informasi mengenai universitas di Jawa, banyak sekali yang membuat
takjub dengan universita-universitas disana. Fakultas kedokteran, fakultas
kesehatan (keperawatan dan kebidanan), semua yang berhubungan dengan kesehaatan
ada di Jawa. Beralih ke sekolahku, sebenarnya lulusan dari sekolahku tak dapat
melanjutkan kuliah ke fakultas kedokteran di universitas negeri. Dan banyak diantara teman-temanku yang
bercita-cita menjadi dokter semangat mereka mulia terlihat kendor untuk
mewujudkannya. Tapi bagaimanapun ini adalah resiko untuk kami telah bersekolah
disekolah khusus kesehatan. Dibandingkan dengan SMU lain kamilah yang paling
banyak berpengalaman dalam hal ilmu dan praktek. Inilah yang membuat kami
menikmatinya bersekolah di tempat tersebut.
Sekian lama
aku mencari informasi akupun mendapatkan informasi universitas yang kuinginkan,
yaitu Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta. Universitas tersebut juga akan
memberikan beasiswa bagi mahasiswa baru yang telah lulus seleksi dan
berprestasi. Kupilih fakultas yang aku inginkan yaitu Fakultas Keperawatan dan
Fakultas Agama Islam karena pilihannya hanya untuk dua fakultas saja. Aku dari
awal sudah menyukai pendidikan Islam, dan terbesit didalam hatiku untuk merubah
masyarakat terutama dikampungku yang masih awam tentang pengetahuan akan agama.
Kupilih Fakultas Keperawatan karena aku ingin memperdalami ilmu yang telah aku
dapatkan disekolah kesehatan tersebut dan membantu banyak orang. Akupun mulai
mengirim berkas-berkas yang menjadi persyaratan untuk pendaftaran awal. Dan
telah Hingga tibalah pengumuman yang mendebarkan jantungku dan kucari namaku
difakultas yang aku inginkan. Di fakultas keperawatan, namaku tak tercantum,
aku mulai agak sedih, karena yang aku inginkan untuk kuliah di fakultas
keperawatan disana belum tercapai. Tapi masih ada satu fakultas lagi, hingga
kutemukan namaku tercantum di fakultas Agama
Islam dan mendapatkan beasiswa dari universitas tersebut dan aku mulai merasa
senang karena diterima diuniversitas pilihanku.
Ku kabarkan keluarga
ku didesa terutama kedua orang tuaku bahwa aku lulus di universitas terkenal di
Jawa. Tapi saudara-saudaraku yang lain menyarankan agar melanjutkan ke bidang
kesehatan lagi dan diantara saudara-saudaraku hanya ada satu diantara mereka
yang menyarankan agar mendalami agama saja karena itu lebih wajib bagi seorang
muslim untuk mendalami agamanya dan mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar.
Sejak awal menduduki bangku sekolah menengah pertama dialah yang menanggungi
kebutuhan sekolahku hingga saat ini dan mengambil alih kewajiban orang tuaku
untuk membiayakan sekolah untukku. Dari awal aku memang suka dengan yang berbau
agama, bahkan aku sering mengikuti pengajian baik dari Ormas tertentu sampai
yang umum. Berteman dengan kakak-kakak yang sudah kuliah, membuat aku mulai
berpikiran agak dewasa dan semakin banyak pengetahuan agamanya yang dulunya
awam. Dan keinginan merubah masyarakat yang awam akan agama menjadi sebuah
keinginan kuat dalam hatiku.
Tapi sebagai
seorang siswa yang masih mempunyai cita-cita ingin menjadi tenaga kesehatan
masih ada. Dan itu membuat aku semakin bersemangat mencari informasi tentang
universitas yang mempunyai fakultas kesehatan. Hingga akhirnya aku mendapatkan
informasi dari kakak kandungku yang bertempat tinggal dijakarta pula. Yaitu di
Sekolah Kemenkes Jakarta 1.
Hingga tiba
saatnya bagi kami untuk menempuh ujian akhir nasional selama beberapa hari.
Hari-hari dipenuhi dengan kegiatan belajar, begitu juga dengan teman-temanku
yang lain. Dan menunggu hasil pengumuman bagi siswa-siswa yang mengikuti ujian
akhir Nasional.
Alhamdulillah,
aku dan teman-teman semua lulus dengan nilai yang baik. Dan menunggu tibanya
aku dijakarta dan mendaftar di Sekolah Kemenkes Jakarta 1. Banyak sekali yang
membuat aku tertarik dengan Pulau Jawa, selain banyak orang pintar dan hebat
disana, aku kagum akan perkembangan Sains dan Teknologinya. Dan akhirnya akupun menginjakkan kakiku di
Tanah yang membuat aku kagum.
Beberapa hari
di Jakarta, berharap akan bisa mendaftar disekolah Kemenkes Jakarta 1. Tapi,
tak kunjung datang harapan itu. Hingga msa pendataran bagi mahasiswa baru
ditutup. “Kenapa seperti ini,” pikirku. Akankah belum saatnya aku melanjutkan
disekolah kesehatan. Aku teringat akan keinginanku yang ingin merubah
masyarakat terutama dikampungku yang awam menjadi masyarakat yang islami. Akankah
saran saudara benar, aku sebagai muslim wajib mendalami agamanya. Dan terbesit
pula dalam hatiku untuk menghapal Al-Qur’an. Sebetulnya aku sudah mencoba
menghapal sewaktu masih SMK dulu. Dan setidaknya aku mempunyai hapalan Qur’an
yang tidak banyak. Aku pernah membaca sebuah hadis dimana hadis tersebut
berbicara tentang keutamaan penghapal Al-Qur’an. Bunyinya seperti ini walau tak
mirip, “Di akhirat kelak para penghapal Al-Qur’an di beri mahkota yang sinarnya
melebihi sinar matahari, dan bagi kedua orang tuanya akan diberikan jubah
kemuliaan dari Allah.” Dengan keinginanku yang masih tersimpan aku bersujud
kepada Allah agar diberi petunjuk kemana aku akan melanjutkan sekolahku dan
bagaimana aku mewujudkannya.
Kakaku yang
membiayakan aku sekolah dari SMP sampai SMK sangat mendukung dan menyaraniku
agar aku melanjutkan sekolah agama Islam dan mendalaminya. Kemungkinan sangat
kecil sekali aku akan menolak sarannya. Dipikir-pikir dialah yang paling berjasa
dalam hal kebutuhan sekolahku dan mendukungku agar aku melanjutkan sekolah di
tempat yang lebih memadai yaitu dikota ketimbang didesa. Sekolah agama lebih
bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Itu lebih wajib bagi seorang muslim untuk
mendalami agamanya. Karena kekuatan muslimin terletak pada agamnya. Bila mereka
lemah, mereka akan mudah dikalahkan oleh musuh.
Hingga
akhirnya keputusan terakhirku memilih sarannya. Dan menguburkan cita-citaku
bukan meninggalkannya. Suatu saat nanti aku bisa mewujudkannya dengan dipadu ilmu
agama dan kesehatan yang kumiliki.
Aku lakukan
pencarian informasi tentang sekolah agama berawal dari internet. Kutemukan
sejumlah sekolah keagamaan yang membuat aku tertarik. Setelah beberapa hari
masa dalam pencarian, aku dan saudaraku di Jakarta menuju tempat pilihanku
tersebut dan tibalah aku dan saudaraku di sekolah tinggi yang aku cari dari
internet. Sekolah itu khusus perempuan yang bernama Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta. Ya disinilah pilihanku untuk melanjutkan sekolahku. Dan memang sekolah
itu dipadu dengan hapalan (tahfizul Qur’an).
Aku kembali
memikirkan untuk apa aku mengahapal Al-Qur’an? Hatiku menjawab aku ingin aku
dan keluargaku mendapat kebaikan di akhirat dan di dunia, menguasainya, dan
berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hariku. Dan kelak aku
dapat menerapkannya dalam kehidupan masyarakat khususnya di kampungku. Dan hingga
saat ini aku berusaha agar hapalan tersebut melekat kuat di otakku.
Kisah by: Ummu Aisyah (Ayu Rostiana Al-Lomboky)
0 comments:
Posting Komentar