Kata-Kata Mutiara

"Dunia yang kita pijak sekarang ni hanyalah tempat tinggal sementara. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa mengingatkan kepada diri kita masing-masing tujuan hidup kita di dunia ini"

Kata-Kata Mutiara Session 2

"Nikmat sehat akan terasa jika kita pernah sakit. Nikmat harta akan terasa jika kita pernah susah, dan nikmat hidup akan terasa jika kita pernah mendapatkan musibah. Musibah adalah awal dari kenikmatan hidup"

Kata-Kata Mutiara Session 3

“Waspadalah terhadap tiga orang: pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu. Juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu.”

Kata-Kata Mutiara Sesion 4

“Tiga manusia adalah sumber kebaikan: manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berzikir kepada Allah.”

Kata-Kata Mutiara Session 5

“Kuwasiatkan lima hal kepadamu: (1) jika engkau dizalimi, jangan berbuat zalim, (2) jika mereka mengkhianatimu, janganlah engkau berkhianat, (3) jika engkau dianggap pembohong, janganlah marah, (4) jika engkau dipuji, janganlah gembira, dan (5) jika engkau dicela, kontrollah dirimu”.

Sebaik-baik Pakaian adalah Pakaian Takwa


 



Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi  auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik. Demikian sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat..” (QS. Al-A’raf [7]: 26)

Dalam ayat ini, Allah memberikan kepada anak cucu Adam pakaian sebagai perhiasan dan menutupi aurat. Pakaian yang melekat di lahiriah kita adalah perhiasan. Pakaian yang dilahiriah kita akan menjadi perhiasan yang indah bila diiringi dengan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan akan lebih indah lagi bila lahiriah dan batiniah dalam dua lingkup menjadi perhiasan. Dimana ketakwaan dalam pandangan Islam yaitu menjalani perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya.
            Fenomena yang sering kita temui dikebanyakan masyarakat yaitu dengan mengatakan “yang penting hatinya dulu ditutupi” ini merupakan pemahan yang salah, karena salah satu fungsi pakaian ialah menutupi aurat yang merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala penerapan dari ketakwaan.
Diantara hadis yang berkaitan dengan ayat diatas yaitu riwayat dari Ahmad, “Dari Abi Mathar bahwasanya dia baru saja melihat Saidina Ali -radiyallahu’anhu- menghampiri seorang pedagang dan membeli pakaian darinya seharga tiga dirham, kemudian ia mengenakannya, ketika ia mengenakannya dari pergelangan tangan sampai ke lutut, Ia berdoa: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian bagus yang menghiasiku dan dapat menutup auratku’ lalu ditanyakan kepadanya: ‘Apakah doa  ini dari ucapanmu atau dai Nabi?’ ia menjawab: ‘Doa ini aku dengar dari Nabi shallallahu ’alaihi wassallam ketika Beliau mengenakan pakaian: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian bagus yang dapat menghiasiku dihadapan oran-orang dan dapat menutupi auratku..”
            Pakaian lahiriah yang telah menutupi aurat kita harus sesuai dengan akhlak (kelakuan, -ed), seperti contoh orang yang telah menutupi auratnya tetapi akhlaknya tidak baik seperti suka berbohong, suka menyakiti orang lain, mata yang masih jelalatan dan cara berjalan yang masih berlenggak-lenggok.
            Pakaian takwa itu sendiri mempunyai ciri-ciri secara fisik seperti tidak transparan, tidak ketat, tidak menyerupai lawan jenis, dan warna yang tidak mencolok. Ciri-ciri terakhir ini masih terjadi khilafiyah diantara para ulama.  Dan dari segi islaminya juga diiringi dengan akhlak baik yang mencerminkannya.
            Diakhir wawancara, Hj. Mutmainnah, M.A. berpesan: ”Kita sebagai orang yang menjaga Al-Qur`an, pakaian yang kita kenakan dari segi lahiriah harus sesuai dengan Al-Qur`an dan batiniah kita juga sesuai dengan Al-Qur`an dengan tuntunan yang sudah ada, bukan hanya menghapalkannya saja tetapi juga mengamalkannya. Dan sesuailah apa yang dihapalkan dengan yang diamalkan.” (Ayu Rostiana) 

*hasil wawancara dengan Hj. Mutmainnah, M.A., selaku dosen dan Instruktur tahfizh di IIQ Jakarta

Allah Mengangkat Derajat Orang-orang yang Beriman dan Berilmu

ilmu/google.com



“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadilah [ ]: 11)
Ayat pertama ialah ya ayyuhaladzina amanu idza qiila lakum tafassahu fil majalis
Dalam kitab Shofatus Taffasir halaman 1478 karya ’Ali Ash-shobuni menurut Mujahid seorang mufassir dari kalangan tabi’in mengatakan bahwa ayat ini turun ketika para sahabat sedang duduk-duduk di majelis Rasulullah. Maka kemudian diperintahkan untuk duduk  tidak berdesak-desakkan, apabila datang seorang sahabat lagi maka dipersilahkan untuk duduk.
Imam Al-Khazim berkata, Allah sedang memerintahkan dengan ayat ini agar orang mukmin untuk bertawadhu’ dan saling mempersilahkan kepada orang yang baru datang untuk duduk bersama Rasul. Tujuannya yaitu agar orang-orang mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan nasehat dan pelajaran dari Rasulullah.
Dalam hadis Nabi bersabda, Janganlah berdiri (laki-laki) salah satu diantara kalian di majelis Rasul, kemudian duduk kembali tetapi yang penting ialah saling memberi jalan dan saling mempersilahkan maka dengan begitu urusannya dipermudah oleh Allah.”
Imam Fakharuddin Ar-Razi berkata dalam tafsirnya yaitu tafsir Ar-Razi, ayat ini tidak berbicara tentang itu saja. Walaupun ayat tersebut turun dalam konteks majelis Nabi tetapi untuk dapat mempermudah urusan manusia didalam hal tempat, mencari rezeki, dan hati. Dan Ar-Razi mengatakan bahwa dalam ayat ini menjelaskan siapa pun memperluas atau memudahkan hamba hamba Allah untuk mendapatkan kebaikan maka Allah akan mempermudah urusannya baik di dunia dan di akhirat. Ada sebuah hadis dalam kitab tersebut, “Allah selalu menolong hambanya selagi ia masih menolong saudaranya.”
ayat yang kedua ialah fafsahu yafsahillahu lakum wa idza qilan syuzu fansyuzu..
Ibnu Abbas menyatakan ayat ini, yang pertama yaitu memerintahkan untuk memperlebar kesempatan bagi orang lain, kedua untuk berdiri atau jika orang lain datang.
Kegita yaitu yar fa’illahulladzina amanu minkum walladzi nautul’ilma darajat
Ayat ini memberitahukan bahwa yang dimuliakan Allah adalah orang berilmu dan beriman. Sebagaimana dalam hadis, “kelebihan orang berilmu dibanding hamba-hamba yang lain sebagaiman lebihnya bulan purnama dibanding bintang-bintang yang lain.” Didalam kitab tersebut, mengutip pendapat al-Qurthubi ayat ini menjelaskan sesungguhkan ketinggian atau keluhuran seorang hamba menurut Allah adalah dengan ilmu dan iman. Bukan karena lebih dulu datang ke majelis.
Penjelasan ayat ini bahwa Allah akan mengangkat derajat orang orang mukmin dengan menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin yang berilmu secara khusus akan diangkat lebih tinggi derajatnya beberapa derajat. Dan akan diberikan derajat yang mulia di surga. Ibnu Mas’ud berkata, “Allah memuji ulama di akhir ayat ini.” Kemudian ia berkata, “Wahai manusia, pahamilah ayat ini agar kamu mencintai ilmu karena Allah berkata, “seorang mukmin yang berilmu akan diangkat derajatnya diatas orang mukmin yang tidak berilmu.” 
Perempuan Menunut Ilmu
Dalam buku Nida Al-Qur`an dikalangan umat Islam ada dua golongan yang mempunyai pandangan perempuan yang menuntut ilmu. Golongan yang pertama ialah al-Mutasyaddidun menyatakan bahwa wanita hanya boleh di dalam rumah dan melarang perempuan pergi sekolah (menuntut ilmu), alasannya ialah fardlu syari’ah. Dasar kelompok ini ialah menafsirkan ayat waqarna fi buyutikunna secara keras bahwa perempuan hanya berdiam di rumah. Kelompok ini biasanya di Taliban, Afganistan. Kelompok yang kedua ialah yang memudah-mudahkan syari’at agama atas nama kebebasan bahwa permpuan bebas atas apapun diantaranya bebas menggugah aurat. “Sebaiknya kita sebagai muslim memilih yang mutawassit (yang tengah-tengah), selagi perempuan yang berpergian dengan tujuan yang baik, jika sudah mendapat izin dari orang tua atau suami, itu tidak menjadi persoalan,” Jelas Pak Mursyid. Didalam hadis mengatakan, “wajib bagi muslim menuntut ilmu,” dan “tidak termasuk golonganku orang yang tidak pandai dan tidak belajar.”
            Dan sebagian besar Nabi mempunyai sahabat dikalangan perempuan (sahabiah –ed), dan istri-istri Nabi pula banyak yang meriwayatkan hadis dari Beliau dimana perempuan mempunyai peran penting dalam meriwayatkan hadis. Sahabat-sahabat yang lain pula menggali ilmu dari sebagian sahabiah dan istri-istri Nabi, daiantaranya ialah Aisyah binti Abu Bakar yang mempunyai 299 murid, 28 perempuan dan 232 laki-laki;  Ummu Salamah binti Abi Umayyah memiliki 101 murid, 23 perempuan dan 78 laki-laki; Hafsah binti Umar mempunyai 20  murid, 3 perempuan dan 17 laki-laki; Asma’ binti Abu Bakar memiliki 21 murid, 2 perempuan dan 21 laki-laki; Hazimah al-Wathobiyah memiliki 22 murid, yang seluruhnya laki-laki; Asma binti Umay mempunyaai 13 murid, 2 perempuan dan 11 laki-laki; Milla binti Abi Sufyan memiliki 21 murid, 3 perempuan dan 18 laik-laki; Fathimah binti kay memiliki 11 murid, semuanya laki-laki. Inilah sebagian istri dan sahabaiah Nabi yang meriwayatkan hadis dan yang menyerap ilmu dari mereka  sebagian besar laki-laki.
            Diakhir wawancara Pak Mursyid berpesan, “berbahagialah mahasiswi-mahasiswi IIQ karena diberikan kesempatan oleh Allah untuk mempelajari dasar-dasar ilmu agama saperti ilmu-ilmu Al-Qur`an; Tahfizh yang baik, memperdalam ‘Ulum Al-Qur`an, Qira’at, dan ilmu Ushuluddin. Disamping itu pula rajinlah belajar, punya idola baik tokoh-tokoh yang dimasa Nabi maupun tokoh-tokoh dizaman sekarang yang dapat membangkitkan semangat kalian.” (Ayu Rostiana)

Hasil wawancara dengan Bapak Ali Mursyid, M.A

Tips Menghargai dan Melipat Gandakan Uang Dengan Cara Ber-imajinasi (Wajib Baca)

Tips Menghargai dan Melipat Gandakan Uang Dengan Cara Ber-imajinasi


Uang dengan nominal Rp. 10.000 apa artinya bagi anda? berapa nilainya? besar kecil? Namun jika memiliki uang Rp. 10.000 mungkin anda akan membayangkan seandainya anda bukan mempunyai Rp. 10.000 namun Rp. 20.00, 50.000 atau lebih besar dari itu. Anda ingin melipatgandakan uang anda yang hanya sepuluh ribu ini menjadi tak terbatas? baiklah saya akan memberikan tipsnya. Namun ingat sebelumnya anda harus mengikuti semua intruksi dengan benar agar uang tersebut benar-benar bisa berlipat ganda bila tidak anda cukup membayangkan saja, Baiklah ikuti cara-cara yang saya kemukakan berikut

 1. Tips ini sangat baik jika anda lakukan di rumah, tanpa ada seorangpun
 2. Pandang uang anda ini dengan seksama, ingat-ingat darimana anda mendapatkannya
 3. Setelah itu jalanlah berkeliling didalam rumah anda
 4. Hilangkan uang anda ini dengan cara menjatuhkan atau menyembunyikannya
 5. INGAT. Anda harus menghilangkannya artinya jika anda ingat pun anda harus melupakannya
 6. Tidur atau pergilah keluar rumah hingga anda merasa lelah
 7. Sekarang anda lapar dan ingin membeli sesuatu, sayangnya anda tidak memiliki uang sama sekali.
 8. Seandainya anda memiliki uang Rp.5.000 saja itu cukup untuk membeli Mie Instant dan kerupuk
Lalu apa yang anda rasakan sekarang? Anda sekarang tidak punya uang bukan?maka anda akan mulai berfikir seandainya uang Rp. 10.000 tadi tidak hilang, maka mulailah Rp. 10.000 tadi dibutuhkan, dicari bahkan sangat diharapkan. Carilah kembali uang Rp. 10.000 tadi bila ketemu apa yang anda rasakan sekarang?

Quote
  • Bila anda mempunyai imajinasi yang baik, anda cukup berimajinasi saja
  • Bisa dilakukan dengan uang berapapun
  • Nilai uang bukan dinilai dari nominalnya, namun bagaimana cara memanfaatkan dan mensyukurinya