Kata-Kata Mutiara

"Dunia yang kita pijak sekarang ni hanyalah tempat tinggal sementara. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa mengingatkan kepada diri kita masing-masing tujuan hidup kita di dunia ini"

Kata-Kata Mutiara Session 2

"Nikmat sehat akan terasa jika kita pernah sakit. Nikmat harta akan terasa jika kita pernah susah, dan nikmat hidup akan terasa jika kita pernah mendapatkan musibah. Musibah adalah awal dari kenikmatan hidup"

Kata-Kata Mutiara Session 3

“Waspadalah terhadap tiga orang: pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu. Juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu.”

Kata-Kata Mutiara Sesion 4

“Tiga manusia adalah sumber kebaikan: manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berzikir kepada Allah.”

Kata-Kata Mutiara Session 5

“Kuwasiatkan lima hal kepadamu: (1) jika engkau dizalimi, jangan berbuat zalim, (2) jika mereka mengkhianatimu, janganlah engkau berkhianat, (3) jika engkau dianggap pembohong, janganlah marah, (4) jika engkau dipuji, janganlah gembira, dan (5) jika engkau dicela, kontrollah dirimu”.

Tartibul Ayat Wa ah (Tertib Ayat dan Surah)

BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur`an sebuah kitab suci lagi mulia yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam melalui malaikat Jibril alaihissallam. Al-Qur`an terdiri dari enam ribu enam ratus ayat lebih dan terdiri dari surah yang sudah menjadi bukti bahwa Al-Qur`an merupakan mukjizat bagi Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam. Dimana susunan ayat dan surah-surah di dalam Al-Qur`an merupakan tauqif dari Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam, sebagaimana yang akan kita ketahui dalam pembahasan kali ini.











BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ayat
 Secara bahasa mengandung empat arti:
إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِۦٓ أَن يَأْتِيَكُمُ ٱلتَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُم
"Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan.”  (al-Baqarah: 248)
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.(ar-Rum: 22)
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti.” (an-Nahl: 67)
سَلْ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ كَمْ ءَاتَيْنَٰهُم مِّنْ ءَايَةٍۭ بَيِّنَةٍ
Tanyakanlah kepada Bani Israil, berapa banyak bukti nyata....” (al-Baqarah: 211)

Sedangkan menurut istilah ayat adalah bagian dari surah yang mempunyai awal dan akhir, akhir ayat dinamakan fashilah
Dalam keterangan lain, ayat adalah satuan teks terkecil yang terdiri dari beberapa frase atau satu frase, yang membentuk kalimat sempurna, (walaupun hanya melalui perkiraan makna), memiliki pembuka dan penutup yang terdapat dalam satuan-satuan surat.

Ayat di dalam Al-Qur`an mempuyai perbedaaan panjang dan pendeknya, kebanyakan ayat yang panjang ada pada surat-surat yang panjang, dan ayat yang pendek ada pada surat-surat yang pendek pula. Ayat yang paling panjang adalah ayat tentang hutang yang terdapat dalam surat al-Baqarah , dan yang paling pendek adalah ayat  طه , dan يس   yang terdapat pada kedua surat tersebut.
Ada berpendapat bahwa ayat juga terdapat di dalam satu kalimat seperti (مدهامتان, : الرحمن 64), Dan ada juga yang mengatakan ayat terdapat dalam dua kalimat seperti (والضحى ), dan bisa juga lebih banyak dari itu.
Dan itu kebanyakan ayat Al-Qur`an. Sebagian ulama berpendapat: tidak ada ayat dalam satu kalimat kecuali (مدهامتان , : الرحمن64), ayat ini berbeda dari yang lainnya.

2. Pengertian surat
Menurut al-Zarqâni, surat secara bahasa juga memiliki beberapa arti :
Secara terminologis, surat berarti sekelompok ayat yang mandiri yang memiliki awal dan akhir.
Menurut al-Zarkasyi
Sedangkan Surah menurut istilah ulama adalah bagian dari ayat Al-Qur`an yang terkumpul dan terhubung satu sama lainnya hingga mencapai panjang dan berukuran seperti yang di inginkan Allah. Dan semua surah di awali dengan basmallah kecuali surah Bara’ah (at-Taubah).
Surah di dalam Al-Qur`an mempuyai perbedaaan panjang dan pendeknya. Surah yang paling panjang adalah surat al-Baqarah, dan yang paling pendek adalah surah al-Kautsar.
Ada banyak pendapat yang menjelaskan asal di beri nama (السور)  suwar:

Didalam at-Tibyan (karya imam An-Nawawi) disebutkan bahwa jumlah ayat Al-Qur`an disepakati jumlahnya diperhitungkan enam ribu dua ratus ayat lebih.


Para ulama yang mengemukakan pendapat bilangan ayat dalam Al-Qur`an :

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, setiap ulama mempunyai pendapat yang berbeda. Hal ini dikarenakan Nabi Shallallahu’alaihi Wassalam membaca waqaf ujung-ujung ayat untuk memberikan pengertian kepada para sahabat. Kemudian setelah mereka tahu, beliau membaca washal, demi memperoleh pengertian yang utuh. Sehingga sebagian sahabat mengira bahwa apa yang dibaca waqaf oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam itu bukanlah fashilah, karena beliau membaca washal pula dengan anggapan mereka, semuanya merupakan satu ayat. Sedang sebagian yang lain menganggapnya sebagai ayat tersendiri.
Jumlah surat dalam berbagai Mushaf :


Mengenai tertib surah terdapati tiga pendapat, yaitu :
 أَوْسِ بْنِ حُذَيْفَةَ قَالَ كُنْتُ فِي الْوَفْدِ الَّذِينَ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْلَمُوا مِنْ ثَقِيفٍ ....الحادث ,فقَالَ لنا رَسُولَ اللَّهِ : "طَرَأَ عَلَيَّ حِزْبٌ مِنْ الْقُرْآنِ فَأَرَدْتُ أَنْ لَا أَخْرُجَ حَتَّى أَقْضِيَهُ"  فَسَأَلْنَا أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَيْفَ تُحَزِّبُونَ الْقُرْآنَ ؟ قَالُوا نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ...
Artinya : “Aus bin Hudzaifah yang berkata: Saya berada dalam rombongan utusan yang mendatangi Nabi shallallahu `alaihi wasallam. Mereka telah masuk Islam, dari kabilah Tsaqif… Hadis, kemudian Beliau bersabda, “Telah turun kepadaku hizb Al-Qur’an, sehingga aku tidak ingin keluar sampai hal (hizb) itu selesai.” Kami bertanya kepada para sahabat Rasulullah ahallallahu `alaihi wasallam: “Bagaimana kalian membagi pengelompokan Al-Qur`an?’ Mereka menjawab: “Kami membaginya menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb Al-Mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir.

Ulama sepakat bahwa tertib ayat adalah bersifat tauqifi (menurut ketentuan) artinya susunan Al-Qur`an yang kita lihat sekarang ini adalah sesuai perintah dan wahyu dari Allah.
Adapun setelah penyusunan ayat Al-Qur`an secara keseluruhan, masih terjadi beberapa perbedaan. Diantaranya pendapat mengenai ayat yang pertama turun dan yang terakhir turun. Namun halini tidak menimbulkan kesangsian, mengenai ketauqifian Al-Qur`an.
 Top of Form

Al-`Alaq[96]:1
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ ﴿١
Al-`Alaq[96]:2
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢
Al-`Alaq[96]:3
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ﴿٣
Al-`Alaq[96]:4
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ ﴿٤
Al-`Alaq[96]:5
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥


يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ ﴿١
Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! “
 Pendapat Ayat yang terakhir turun:
“Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). “

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.”
             ....يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَٱكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِٱلْعَدْلِ





Para ulama telah sepakat bahwa sitematika Al-Qur`an sebagaimana yang terdapat dalam mushaf yang sekarang ini berdasarkan tauqifi, artinya sistematika terseebut berdasarkan petunjuk Nabi yang di terima dari Allah melalui malaikat Jibril.
Firman Allah:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُۥ وَقُرْءَانَهُۥ ﴿١٧ فَإِذَا قَرَأْنَٰهُ فَٱتَّبِعْ قُرْءَانَهُۥ ﴿١٨
“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. al-Qiyamah: 17-18)
Namun, sistematika menurut ulama tersebut bukan berdasarkan nuzulul ayat, akan tetapi sesuai dengan keterkaitan ayat yang satu dengan yang lainnya dan hubungan tata bahasanya. Misalnya sebuah ayat turun setelah dua tahun ayat sebelumnya, maka ayat tersebut berada pada sistematika ayat sebelumnya. Contoh surah al-Baqarah ayat 234:
وَٱلَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَٰجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِىٓ أَنفُسِهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada dosa bagimu mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka menurut cara yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah: 234)
Menasakh
وَٱلَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَٰجًا وَصِيَّةً لِّأَزْوَٰجِهِم مَّتَٰعًا إِلَى ٱلْحَوْلِ غَيْرَ إِخْرَاجٍ فَإِنْ خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِى مَا فَعَلْنَ فِىٓ أَنفُسِهِنَّ مِن مَّعْرُوفٍ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang akan mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri, hendaklah membuat wasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa mengeluarkannya (dari rumah). Tetapi jika mereka keluar (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (mengenai apa) yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri dalam hal-hal yang baik. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 240)
Ayat pertama lebih dahulu sistematikanya tetapi dalam nuzul ayat itu di akhirkan.
Sistematika ayat Al-Qur`an yang diperoleh atas tauqifi dari Nabi Muhammad yang datang dari Allah, bukan termasuk ijtihadi karena seperti telah di ketahui bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wassallam memperoleh wahyu Al-Qur`an melalui perantara Jibri dari Allah. Setiap kali Jibril menyampaikan wahyu, ia juga menunjukkan penempatan ayat-ayat tersebut sebagaimana yang telah diperintahkan Allah. Dalam terjemah Mabāḥis fi ‘Ulūmil Qur`ān: Utsman bin Abil ‘As berkata:
كُنتُ جَالِسًا عِندَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسّلَّمَ إذْ شَخَصَ بِبَصَرِهِ ثُمَّ صَوَّبَهُ, ثُمَّ قَلَ: أَتَانِى جِبْرِيلُ فَأَمَرَنِى أَنْ أَضَعَ هذِهِ اْلآ يَةَ هذَا الْمَوْضِعَ مِنْ هذِهِ السُّوْرَةِ. (إِنَّ اللهَ يَاْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآ ءِ ذِى الْقُرْبى
Aku tengah duduk disamping Rasulullah, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu beliau kembali seperti semula. Kemudian beliau berkata, ‘Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan agar aku meletakkan ayat ini di tempat anu dari surah ini:  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat...(an-Nahl: 90).”
Untuk mengetahui satu ayat menurut al-Zarqani hanya dengan tauqif dan syar’i, karena qiyas dan akal tidak dapat menjangkaunya, hal ini dikarenakan ayat-ayat Al-Qur`an merupakan bentuk pengajaran dan bimbingan.

Para ulama berbeda pendapat tentang penyusunan sistematika surah Al-Qur`an diantaranya:
وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ
Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya.” (al-Baqarah: 23)



Pada zaman modern ini muncul gagasan dari kelompok orientalis yang berusaha menyusun sistematika ayat dan surah al-Quran berdasarkan kronologis turunnya. Kajian kronologi al-Quran di Barat ini mula-mula dirintis oleh Gustav Weil. Kemudian diikuti oleh Theodor Noldeke, William Muir, dan sarjana-sarjana lainnya.
Usaha Weil dalam menyusun urutan ayat dan surah itu, dimulai tahun 1344 M. bagi Weil semua riwayat hadis dan isnad-isnadnya sama sekali tidak ada artinya, dalam hal ini Weil membagi tahapan turunnya al-Quran menjadi empat tahap, tiga tahap turun di Mekkah dan tahap keempat di Madinah. Pembagian tahap yang demikian ini pun diikuti oleh Noldeka pada tahun 1860 M, yang disertai beberapa perbaikan kecil mengenai soal-soal yang menjadi kandungan masing-masing tahap.
Sedangkan usaha yang dilakukan oleh William Muir dalam menyusun urutan Al-Qur`an yaitu, ia membagi tahapan turunnya Al-Quran menjadi enam; lima tahap di Mekkah dan satu tahap di Madinah. Dalam usaha itu ia banyak bersandar pada riwayat kehidupan nabi termasuk isnad-isnadnya setelah dipelajarinya dengan kritis, di samping itu banyak menelaah data-data informasi sejarah. Kendati demikian, ia juga mengalami berbagai kekeliruan dan masih juga menggunakan riwayat-riwayat yang tidak benar sebagai sandaran.
Selain kelompok orientalis muncul juga kelompok yang menginginkan penyusunan Al-Qur`an berdasarkan kronologis turunnya, yakni susunan ayat dan surah berdasarkan waktu turunnya sejak wahyu pertama di terima Rasul. Menurut mereka Al-Qur`an yang beredar luas seperti mushaf Utsmani sangat membingungkan, mengganggu sistematika pemikiran, dan secara tidak langsung menghilangkan manfaat dari hikmah penurunan Al-Qur`an secara berangsur-angsur. Oleh karena itu, kelompok ini menginginkan penyusunan Al-Qur`an berdasarkan turunnya, yakni surah Makkiyah diletakkan berdampingan dengan surah Makkiyah, dan surah Madaniyah diletakkan dengan surah Madaniyah.
pendapat kelompok ini dinilai tidak masuk akal karena sudah jelas bahwa Al-Qur`an datang dari Allah Subhanahu Wata’ala bukan melalui ijtihad sahabat. Maka susunan yang telah tersusun secara sistematis tersebut tidak boleh diganggu gugat. Dan alasan penyusunan al-Qur`an berdasarkan tempat diturunkannya juga tidak bisa diterima, karena dalam satu surat bisa jadi mengandung ayat-ayat Makiyyah sekaligus Madaniyah. Secara logika, bergandengan dua tubuh yang saling berbeda jauh lebih ringan daripada terdapatnya bagian-bagian asing dan sangat berbeda dalam satu tubuh.
Di sisi lain kelompok ini lemah terdapat dua sisi pandangan al-Qur’an yang berbeda, yaitu maqam tanzil dan ta’lim, dan maqam tadwin dan tartil. Pada sisi pandang maqam tanzil dan ta’lim menitikberatkan pada kondisi yang mengharuskan diturunkannya wahyu guna mengajarkan manusia kepada yang benar dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Sementara pada maqam tadwin dan tartil memfokuskan pada masalah kodifikasi al-Quran untuk dibaca dan menjadi kitab yang kekal sepanjang zaman serta pegangan bagi umat manusia sampai hari kiamat kelak.

BAB III
PENUTUP
Ayat menurut bahasa ialah, tanda atau alamat, dalil atau bukti, i’brroh atau pelajaran, dan mukjizat atau keajaiban. Sedangkan menurut istilah ayat adalah bagian dari surah yang mempunyai awal dan akhir, akhir ayat dinamakan fashilah dan ada juga yang mengatakan ayat adalah bagian dari Al-Qur`an yang terputus dari kalimat sebelumnya dan sesudahnya.
Sedangkan surah secara bahasa menurut al-Zarqani ialah al-Manzilah (posisi), karena posisi surat pada suatu tempat secara berdampigan dan al-Syaraf (kemuliaan), sesuatu yang menonjol dan baik dari suatu bangunan, tanda dan pagar. Dan secara istilah, surat berarti sekelompok ayat yang mandiri yang memiliki awal dan akhir.
Dalam hal di dalam at-Tibyan (karya imam An-Nawawi) disebutkan bahwa jumlah ayat Al-Qur`an disepakati jumlahnya diperhitungkan enam ribu dua ratus ayat lebih. Hanya saja kelebihannya ini diperselisihkan. Diantaranya:
Menurut hitungan Ahli Bashrah adalah tujuh.
Diantara para ulama yang mengemukakan pendapat bilangan ayat dalam Al-Qur`an :
Sebab perbedaan ini di dikarenakan Nabi Shallallahu’alaihi Wassalam membaca waqaf ujung-ujung ayat untuk memberikan pengertian kepada para sahabat. Kemudian setelah mereka tahu, beliau membaca washal, demi memperoleh pengertian yang utuh. Sehingga sebagian sahabat mengira bahwa apa yang dibaca waqaf oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam itu bukanlah fashilah, karena beliau membaca washal pula dengan anggapan mereka, semuanya merupakan satu ayat. Sedang sebagian yang lain menganggapnya sebagai ayat tersendiri.
Dalam perbedaan tertib ayat dan surah  jumhur ulama sepakat bahwa urutan ayat dan surah meupakan tauqif dari Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam. Dan sebagian yang lain menganggap urutan surah sebagian merupakan ijtihadi.
Dan dalam sistematika penyusunan ayat dan surah merupaka tauqif dari Nabi Shallallahu’alaihi Wassallam. Sedang dalam penyusunan Al-Qur`an menurut kronolisnya, para orientalis berusaha menyusun Al-Qur`an menurut kronologis turunnya.






















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Adzim Al-Zarqani, Muhammad, 2001. Manahil Al-‘urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Aly Ash-Shabuny, Muhammad, 1987. At-Tibyan fi Ulimil Qur`an. Bandung: Al-Ma’arif.
Manna Al-Qattan, 2011. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an. cetakan empat belas. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Anwar, Rosihon, 2000. Ulumul Qur`an. Cetakan pertama. Bandung: Pustaka Setia.
Bin Muhammad Abu Sya’bah, Muhammad, 2003. Al-Madkhal Li dirasati Al-Qur`an Al-Karim. Cetakan kedua. Qohiroh: Maktabah As-Sunnah.
Bin Muhammad bin Zanjalah Al-Muqri, Abu Zura’h abdu Ar-Rahman, 1427. Tanzili Al-Qur’ani  wa Adadu Ayatihi wa Ikhtilafu An-Nasi fihi. min majallatu ma’hadi Al-Imam As-Syathibi li Ad-dirasati Al-Quraniyah.
Muhammad bin Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Imam Badru Ad-din, 1988. Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an. Bairut-Lebanon: Dar el-fiqri.
Shams Madyan, Ahmad, 2008. Peta Pembelajaran al-Qur’an. Cetakan pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Umar, Nasaruddin, 2008. Ulumul Qur`an. Cetakan pertama. Jakarta: Al-Ghazali Center.
www.salaf.or.id
www.wikipedia.com